A. Pengertian Kenakalan Remaja
Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak,
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada
masa transis.
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang
dilakukan pada usia remaja atau transisi
masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan remaja meliputi semua
perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya. Pengertian kenakalan remaja menurut para ahli :
· Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan
Remaja atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan
gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
· Santrock “Kenakalan remaja merupakan
kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial
hingga terjadi tindakan kriminal.”
B. Faktor – Faktor Penyebab
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja itu
terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja itu sendiri
(internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor Internal
a. Krisis identitas: Perubahan
biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja
gagal mencapai masa integrasi kedua.
b. Kontrol diri yang lemah: Remaja
yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun
bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga dan Perceraian orangtua,
tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota
keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di
keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan
agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab
terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik.
c. Komunitas atau lingkungan tempat
tinggal yang kurang baik.
C. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja yang semakin hari semakin bertambah
banyak di Indonesia memiliki dampak yang sangat buruk bagi mental dan fisik
para penerus bangsa. Oleh karena itu, peran aktif pemerintah dan masyarakat
sangat diharapkan untuk mengurangi angka kenakalan remaja sekarang ini. Berikut
beberapa cara menagatasi kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas
peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip
keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang
dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga,
guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi
kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan
nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan
lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri
agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada
tidak sesuai dengan harapan.
D. Tawuran
Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang
dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum
sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada
di sekitar tempat kejadian perkara tawuran. Tawuran bisa terjadi antar pelajar
sekolah, antar mahasiswa kampus, antar warga, antar pendukung / suporter, antar
pemeluk agama, antar suku, dan bisa juga antara warga dengan pelajar, antara
pendukung parpol dengan polisi dan lain sebagainya.
Tawuran yang paling
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari adalah tawuran pelajar sekolah.
Tawuran antar murid sekolah biasanya terjadi karena berbagai hal, yaitu seperti
:
1. Budaya
atau kebiasaan murid sekolah.
2. Saling
pelotot-pelototan antar pelajar sekolah.
3. Saling
ejek-mengejek antar pelajar sekolah.
4. Ingin
balas dendam karena ada yang diganggu.
5. Keributan
imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan.
Terdpat dua faktor penyebab
terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi
diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi milieu di sekitarnya dan semua
pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan
adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Adapun faktor eksternal adalah sebagai berikut.
1. Faktor keluarga
Faktor keluarga terdiri dari :
a. Baik buruknya rumah tangga atau
berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga.
b. Perlindungan lebih yang diberikan
orang tua.
c. Penolakan orang tua, ada pasangan
suami istri yang tidak pernah memikul tanggunf jawab sebagai ayah dan ibu.
d. Pengaruh buruk dari orang tua,
tingkah laku kriminal, dan tindakan asusila.
2. Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang tidak
menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan,
tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olahraga, minimnya
fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat,
ventilasi dan sanitasi yang buruk, dan sebagainya.
3. Faktor Llingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak
baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja. Terkait dengan
konsep kelompok sosial, W.G. Summer membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu
in-group dan out-group. Menurut summer, dalam masyarakat primitif yang terdiri
dari kelompok – kelompok kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian
jenis kelompok yaitu kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kelompok
dalam (in-group) adalah kelompok sosial yang individu-individunya
mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya. Adapun kelompok luar
(out-group) merupakan merupakan kelompok di luar kelompok in-group.
4. Faktor Pergaulan
Pada sekolah biasanya terbentuk
beberapa kelompok siswa, di mana ada kelompok siswa yang rajin, yang sering
menjadi juara kelas, yang menjadi perwakilan sekolah dalam berbagai ajang lomba
dan ada juga sekelompok siswa yang salah dalam pergaulan yang sering sekali
melanggar norma-norma yang ada di sekolah.
Ada juga siswa yang biasa-biasa
saja, siswa ini biasanya asyik dengan kehidupan nya sendiri dan hanya bergaul
sekadarnya saja, siswa yang satu ini biasanya tidak begitu aktif dalam
sekolahnya, kelompok ini adalah siswa yang biasanya suka bermain game tapi
tidak menutup kemungkinan termasuk ke dalam dua kelompok di atas.
Siswa yang sering melanggar
peraturan sekolah biasanya membentuk sebuah kelompok dengan sendirinya,
kelompok ini mempunyai solidaritas yang kuat pada kelompok ini jugalah yang
menjadi ujung tombak terjadinya perkelahian antar pelajar.
5. Faktor Mental dan Gengsi
Siswa laki-laki yang biasanya
mempunyai gengsi jika tidak mengikuti kegiatan yang satu ini, bagi siswa yang
tidak ikut akan dianggap bahwa dia adalah siswa yang lemah, penakut, dan akan
menjadi bahan ejekan bagi siswa yang lainnya.
Gengsi yang tertanam di jiwa
siswa laki-laki sangat besar, tawuran juga biasa dijadikan aksi unjuk gigi dan
ajang kuat-kuatan, siapa saja yang berhasil menaklukkan lawan akan disegani
oleh siswa lainnya, gengsi seperti ini harus dihilangkan.
6. Narkoba dan Barang Haram Lainnya
Ketegasan sekolah dalam melarang
siswa nya untuk merokok sangat kecil, bahkan guru-gurunya pun dengan seenaknya
saja merokok di hadapan para siswa, kenapa rokok karena rokok adalah awal dan
jembatan untuk menggunakan barang haram lainnya.
Jika terdapat siswa yang sudah
sering dan menjadi seorang perokok akut, ia akan mencoba mengkonsumsi hal
lainnya tidak menutup kemungkinan untuk mengkonsumsi narkoba, selain narkoba
minuman keras lainnya menjadi penyebab terjadinya tawuran.
Siswa yang bolos dan ngumpul dengan
siswa lainnya biasanya mencari kegiatan, tidak hanya nongkrong saja banyak dari
mereka yang meminum minuman keras yang efek nya adalah membuat keberanian pada
siswa muncul.
Sehingga siswa tersebut berani
melakukan apa saja, saat dalam keadaan tidak sadar juga sekelompok siswa
biasanya berjalan-jalan hingga akhirnya bertemu dengan siswa lainnya yang
diawali dengan saling mengejek lalu tidak terima dan akhirnya menyebabkan
tawuran.
7. Tumbunya Jiwa Premanisme
Siswa yang ingin tampil keren
tapi tidak punya uang dan ingin mempunyai uang dengan cepat tampa kerja akan
melakukan pemalakan atau merampas uang siswa lain yang menurutnya lemah.
Melakukan secara beramai-ramai menjadikan siswa yang dipalak takut.
Tapi jika siswa yang dipalak
tidak terima, lalu melapor kepada teman kelompoknya yang akhirnya membuat
kesolidaritasan mereka diuji, maka hal ini akan berujung pada tawuran di mana
siswa yang dipalak dengan kelompoknya akan membalas.
8. Perhatian Guru
Perhatian dari guru yang kurang
terhadap siswa nya menjadi penyebab terjadinya tawuran, guru yang lebih
memperhatikan siswa yang berprestasi saja mengabaikan siswa yang kurang cakap
dalam menerima pelajaran.
Perbedaan menangkap pelajaran dan
bakat siswa semuanya disamaratakan, biasanya jika siswa tidak pandai dalam ilmu
pelajaran memiliki bakat di seni atau olahraga lainnya. Seharusnya guru
melakukan perhatian khusus terhadap siswa yang kurang dalam belajar nya.
Bukan hanya memperhatikan akan
tetapi juga menyalurkan bakat yang dimiliki dengan mengadakan extrakulikuler
untuk menampung bakat siswa di luar kemampuan dalam mengolah dan memahami ilmu
pelajaran yang didapatkan.
Jika guru lebih cenderung
memperhatikan siswa yang berprestasi dan mampu maka siswa yang kurang
mampu akan merasakan iri dan kurang perhatian untuk mencari perhatian biasanya
mereka melakukan kegiatan yang melanggar peraturan sekolah salah satunya adalah
tawuran.
9. Faktor Sejarah Sekolah
Salah satu yang menjadi faktor
terjadinya tawuran antar pelajar adalah sekolah yang mereka tempati memiliki
hubungan yang kurang baik dengan sekolah lain, hubungan kurang baik ini
biasanya sudah berlangsung sudah lama dan dijadikan sebagai rivalitas.
Jika sudah begini terjadinya
tawuran antar sekolah sangat sering terjadi dan sulit untuk di selesaikan, apa
lagi jika ada perlombaan per tandingan yang mempertemukan dua sekolah yang
sejak dulu memiliki hubungan buruk maka bisa terjadi tawuran.
10. Minimnya pengetahuan Agama
Agama
menjadi faktor yang paling penting dan utama, jika diurutkan agama
menjadi faktor di atas pendidikan orang tua dan keluarga. Siswa yang kurang
dalam menjalankan ibadah dan cenderung untuk bermain dari pada mengikuti
pengajian-pengajian.
Minimnya waktu pembelajaran di
sekolah menjadi penyebab pengetahuan siswa tentang agama minim juga, sebenarnya
peran orang tua dalam mengajari anaknya tentang agama juga sangat besar oleh
karena itu baiknya sekolah kan di Pesantren.
Kami sudah mewawancarai seorang
narasumber yang bersedia untuk berbagi kisah kenakalan yang pernah dia lakukan
saat remaja. Sebagai apresiasi kami, maka kami tidak akan memberitahukan
identitas narasumber tersebut atas kemauannya. Kami berterima kasih atas
partisipasi narasumber yang telah membantu untuk menyelesaikan tugas kami.
Pewawancara : “Kenakalan apa saja yang pernah Anda
lakukan saat remaja ?”
Narasumber : “Saya pernah melakukan tawuran.”
Pewawancara : “Kapan Anda melakukan tawuran tersebut
?”
Narasumber : “Saat saya di kelas 1 SMP saya melakukan
tawuran tersebut.”
Pewawancara : “Siapa yang Anda lawan saat tawuran
tersebut ?”
Narasumber : “Saya dan teman – teman saya melawan anak
– anak dari salah satu SMP di Jakarta saat itu.”
Pewawancara : “Apa alasan Anda melakukan aksi tawuran
tersebut ?”
Narasumber : “Alasannya sebenarnya sepele. Saat itu
anak dari SMP lain sedang menaiki truk bersama kawananya. Mereka melewati
tempat saya dan teman – teman saya sedang berkumpul. Saat melewati kami, mereka
mengejek – ngejek kami dengan seenaknya. Karena terpancing emosi saya dan teman
– teman saya mengejek mereka kembali sehingga kami melakukan aksi tawuran
dengan melawan mereka.”
Pewawancara : “Kenapa Anda bisa terlibat dengan aksi
tawuran tersebut ?”
Narasumber : “Awalnya saya hanya ikut – ikutan untuk
meramaikan. Tetapi jadi tawuran sungguhan.”
Pewawancara : “Alat apa yang Anda gunakan saat tawuran
?”
Narasumber : “Saat itu saya melempar batu ke lawan.”
Pewawancara : “Apa efek yang Anda dapatkan dari
tawuran tersebut ? Apakah Anda mendapatkan luka ? ”
Narasumber : “Tidak, saya tidak mendapatkan luka.”
Pewawancara : “Apakah Anda menyesal pernah melakukan
tawuran ?”
Narasumber : “Saya menyesal pernah melakukan tawuran.
Karena menurut saya tawuran itu alay, saya merasa bodoh karena mengikuti teman
– teman lainnya.”
Pewawancara : “Selain tawuran itu apakah anda pernah
melakukan kenakalan yang lain?”
Narasumber : “ Saya tidak pernah melakukan kenakalan
lain yang sangat beresiko karena saya sadar itu hanya akan merugikan diri saya
sendiri.”
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar