Minggu, 07 Januari 2018

Kenakalan Remaja

A.    Pengertian Kenakalan Remaja
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Pengertian kenakalan remaja menurut para ahli :
·         Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
·         Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”

B.     Faktor – Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja itu terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1.      Faktor Internal
a.       Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.      Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.      Faktor Eksternal
a.       Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b.      Teman sebaya yang kurang baik.
c.       Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

C.    Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja yang semakin hari semakin bertambah banyak di Indonesia memiliki dampak yang sangat buruk bagi mental dan fisik para penerus bangsa. Oleh karena itu, peran aktif pemerintah dan masyarakat sangat diharapkan untuk mengurangi angka kenakalan remaja sekarang ini. Berikut beberapa cara menagatasi kenakalan remaja:
1.      Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2.      Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.      Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4.      Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5.      Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

D.    Tawuran
Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat kejadian perkara tawuran. Tawuran bisa terjadi antar pelajar sekolah, antar mahasiswa kampus, antar warga, antar pendukung / suporter, antar pemeluk agama, antar suku, dan bisa juga antara warga dengan pelajar, antara pendukung parpol dengan polisi dan lain sebagainya.
Tawuran yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari adalah tawuran pelajar sekolah. Tawuran antar murid sekolah biasanya terjadi karena berbagai hal, yaitu seperti :
1.      Budaya atau kebiasaan murid sekolah.
2.      Saling pelotot-pelototan antar pelajar sekolah.
3.      Saling ejek-mengejek antar pelajar sekolah.
4.      Ingin balas dendam karena ada yang diganggu.
5.      Keributan imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan.
Terdpat dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi milieu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Adapun faktor eksternal adalah sebagai berikut.
1.      Faktor keluarga
Faktor keluarga terdiri dari :
a.       Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga.
b.      Perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
c.       Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah memikul tanggunf jawab sebagai ayah dan ibu.
d.      Pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal, dan tindakan asusila.
2.     Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olahraga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan sanitasi yang buruk, dan sebagainya.

3.     Faktor Llingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja. Terkait dengan konsep kelompok sosial, W.G. Summer membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu in-group dan out-group. Menurut summer, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok – kelompok kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis kelompok yaitu kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kelompok dalam (in-group) adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya. Adapun kelompok luar (out-group) merupakan merupakan kelompok di luar kelompok in-group.

4.     Faktor Pergaulan
Pada sekolah biasanya terbentuk beberapa kelompok siswa, di mana ada kelompok siswa yang rajin, yang sering menjadi juara kelas, yang menjadi perwakilan sekolah dalam berbagai ajang lomba dan ada juga sekelompok siswa yang salah dalam pergaulan yang sering sekali melanggar norma-norma yang ada di sekolah.
Ada juga siswa yang biasa-biasa saja, siswa ini biasanya asyik dengan kehidupan nya sendiri dan hanya bergaul sekadarnya saja, siswa yang satu ini biasanya tidak begitu aktif dalam sekolahnya, kelompok ini adalah siswa yang biasanya suka bermain game tapi tidak menutup kemungkinan termasuk ke dalam dua kelompok di atas.
Siswa yang sering melanggar peraturan sekolah biasanya membentuk sebuah kelompok dengan sendirinya, kelompok ini mempunyai solidaritas yang kuat pada kelompok ini jugalah yang menjadi ujung tombak terjadinya perkelahian antar pelajar.

5.     Faktor Mental dan Gengsi
Siswa laki-laki yang biasanya mempunyai gengsi jika tidak mengikuti kegiatan yang satu ini, bagi siswa yang tidak ikut akan dianggap bahwa dia adalah siswa yang lemah, penakut, dan akan menjadi bahan ejekan bagi siswa yang lainnya.
Gengsi yang tertanam di jiwa siswa laki-laki sangat besar, tawuran juga biasa dijadikan aksi unjuk gigi dan ajang kuat-kuatan, siapa saja yang berhasil menaklukkan lawan akan disegani oleh siswa lainnya, gengsi seperti ini harus dihilangkan.

6.      Narkoba dan Barang Haram Lainnya
Ketegasan sekolah dalam melarang siswa nya untuk merokok sangat kecil, bahkan guru-gurunya pun dengan seenaknya saja merokok di hadapan para siswa, kenapa rokok karena rokok adalah awal dan jembatan untuk menggunakan barang haram lainnya.
Jika terdapat siswa yang sudah sering dan menjadi seorang perokok akut, ia akan mencoba mengkonsumsi hal lainnya tidak menutup kemungkinan untuk mengkonsumsi narkoba, selain narkoba minuman keras lainnya menjadi penyebab terjadinya tawuran.
Siswa yang bolos dan ngumpul dengan siswa lainnya biasanya mencari kegiatan, tidak hanya nongkrong saja banyak dari mereka yang meminum minuman keras yang efek nya adalah membuat keberanian pada siswa muncul.
Sehingga siswa tersebut berani melakukan apa saja, saat dalam keadaan tidak sadar juga sekelompok siswa biasanya berjalan-jalan hingga akhirnya bertemu dengan siswa lainnya yang diawali dengan saling mengejek lalu tidak terima dan akhirnya menyebabkan tawuran.
7.     Tumbunya Jiwa Premanisme
Siswa yang ingin tampil keren tapi tidak punya uang dan ingin mempunyai uang dengan cepat tampa kerja akan melakukan pemalakan atau merampas uang siswa lain yang menurutnya lemah. Melakukan secara beramai-ramai menjadikan siswa yang dipalak takut.
Tapi jika siswa yang dipalak tidak terima, lalu melapor kepada teman kelompoknya yang akhirnya membuat kesolidaritasan mereka diuji, maka hal ini akan berujung pada tawuran di mana siswa yang dipalak dengan kelompoknya akan membalas.

8.      Perhatian Guru
Perhatian dari guru yang kurang terhadap siswa nya menjadi penyebab terjadinya tawuran, guru yang lebih memperhatikan siswa yang berprestasi saja mengabaikan siswa yang kurang cakap dalam menerima pelajaran.
Perbedaan menangkap pelajaran dan bakat siswa semuanya disamaratakan, biasanya jika siswa tidak pandai dalam ilmu pelajaran memiliki bakat di seni atau olahraga lainnya. Seharusnya guru melakukan perhatian khusus terhadap siswa yang kurang dalam belajar nya.
Bukan hanya memperhatikan akan tetapi juga menyalurkan bakat yang dimiliki dengan mengadakan extrakulikuler untuk menampung bakat siswa di luar kemampuan dalam mengolah dan memahami ilmu pelajaran yang didapatkan.
Jika guru lebih cenderung memperhatikan siswa yang berprestasi dan mampu  maka siswa yang kurang mampu akan merasakan iri dan kurang perhatian untuk mencari perhatian biasanya mereka melakukan kegiatan yang melanggar peraturan sekolah salah satunya adalah tawuran.

9.     Faktor Sejarah Sekolah
Salah satu yang menjadi faktor terjadinya tawuran antar pelajar adalah sekolah yang mereka tempati memiliki hubungan yang kurang baik dengan sekolah lain, hubungan kurang baik ini biasanya sudah berlangsung sudah lama dan dijadikan sebagai rivalitas.
Jika sudah begini terjadinya tawuran antar sekolah sangat sering terjadi dan sulit untuk di selesaikan, apa lagi jika ada perlombaan per tandingan yang mempertemukan dua sekolah yang sejak dulu memiliki hubungan buruk maka bisa terjadi tawuran.

10.  Minimnya pengetahuan Agama
Agama menjadi faktor yang paling penting dan utama, jika diurutkan agama menjadi faktor di atas pendidikan orang tua dan keluarga. Siswa yang kurang dalam menjalankan ibadah dan cenderung untuk bermain dari pada mengikuti pengajian-pengajian.
Minimnya waktu pembelajaran di sekolah menjadi penyebab pengetahuan siswa tentang agama minim juga, sebenarnya peran orang tua dalam mengajari anaknya tentang agama juga sangat besar oleh karena itu baiknya sekolah kan di Pesantren.


Kami sudah mewawancarai seorang narasumber yang bersedia untuk berbagi kisah kenakalan yang pernah dia lakukan saat remaja. Sebagai apresiasi kami, maka kami tidak akan memberitahukan identitas narasumber tersebut atas kemauannya. Kami berterima kasih atas partisipasi narasumber yang telah membantu untuk menyelesaikan tugas kami.

Pewawancara : “Kenakalan apa saja yang pernah Anda lakukan saat remaja ?”
Narasumber : “Saya pernah melakukan tawuran.”
Pewawancara : “Kapan Anda melakukan tawuran tersebut ?”
Narasumber : “Saat saya di kelas 1 SMP saya melakukan tawuran tersebut.”
Pewawancara : “Siapa yang Anda lawan saat tawuran tersebut ?”
Narasumber : “Saya dan teman – teman saya melawan anak – anak dari  salah satu SMP di Jakarta saat itu.”
Pewawancara : “Apa alasan Anda melakukan aksi tawuran tersebut ?”
Narasumber : “Alasannya sebenarnya sepele. Saat itu anak dari SMP lain sedang menaiki truk bersama kawananya. Mereka melewati tempat saya dan teman – teman saya sedang berkumpul. Saat melewati kami, mereka mengejek – ngejek kami dengan seenaknya. Karena terpancing emosi saya dan teman – teman saya mengejek mereka kembali sehingga kami melakukan aksi tawuran dengan melawan mereka.”
Pewawancara : “Kenapa Anda bisa terlibat dengan aksi tawuran tersebut ?”
Narasumber : “Awalnya saya hanya ikut – ikutan untuk meramaikan. Tetapi jadi tawuran sungguhan.”
Pewawancara : “Alat apa yang Anda gunakan saat tawuran ?”
Narasumber : “Saat itu saya melempar batu ke lawan.”
Pewawancara : “Apa efek yang Anda dapatkan dari tawuran tersebut ? Apakah Anda mendapatkan luka ? ”
Narasumber : “Tidak, saya tidak mendapatkan luka.”
Pewawancara : “Apakah Anda menyesal pernah melakukan tawuran ?”
Narasumber : “Saya menyesal pernah melakukan tawuran. Karena menurut saya tawuran itu alay, saya merasa bodoh karena mengikuti teman – teman lainnya.”
Pewawancara : “Selain tawuran itu apakah anda pernah melakukan kenakalan yang lain?”
Narasumber : “ Saya tidak pernah melakukan kenakalan lain yang sangat beresiko karena saya sadar itu hanya akan merugikan diri saya sendiri.”


Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar